Berlebihan Terhadap Kubur Orang Shalih

Berlebihan Terhadap Kubur Orang Shalih
By : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Lc.


Di antara bentuk berlebihan terhadap kubur orang sholih adalah menjadikan ibadah-ibadah di kubur tersebut. Asalnya, baca Qur’an dan dzikir dilakukan di rumah Allah, yaitu di masjid. Namun sebagian orang meyakini bahwa di kubur orang sholih, ibadah tersebut jadi lebih afdhol. Padahal bentuk berlebihan semacam ini adalah perantara menuju syirik yang sudah semestinya dihindari. Allah sangat tidak suka jika kubur semacam itu dijadikan tempat ibadah sebagaimana di masjid.
Imam Malik meriwayatkan dalam kitabnya Al Muwatto’, bahwa  Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ اشْتَدَّ غَضَبُ اللَّهِ عَلَى قَوْمٍ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai sesuatu yang disembah. Sungguh Allah benar-benar murka kepada orang-orang yang telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah).” (HR.  Malik dalam Muwatho’ no. 85 secara mursal. Imam Ahmad juga meriwayatkan dalam musnadnya secara musnad. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Sa’ad dalam Ath Thobaqot dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, hadits ini adalah shahih. Lihat catatan kaki Kitab Tauhid berisi komentar dari Syaikh ‘Abdul Qadir Al Arnauth, hal. 86)

Yang dimaksud ‘watsan’ dalam hadits tersebut adalah sesuatu yang disembah akan tetapi tidak memiliki bentuk seperti patung. Contoh watsan adalah kubur, pohon, dan batu.
Hadits ini menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir umatnya terjatuh dalam mengagungkan kubur beliau seperti terjerumusnya Yahudi dan Nashrani yang berlebih-lebihan terhadap kubur para nabi mereka sampai kubur tersebut dijadikanwatsan (sesuatu yang disembah selain Allah). Beliau meminta pada Allah agar kubur beliau tidak dijadikan seperti itu. Kemudian beliau menerangkan pula bahwa Yahudi dan Nashrani benar-benar dilaknat karena mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai watsan, sesembahan selain Allah. Alhasil, mereka terjatuh dalam jurang kesyirikan yang berlawanan dengan tauhid.
Intisari dari hadits tersebut menerangkan mengenai tindakan berlebihan terhadap kubur orang sholih bisa mengantarkan kepada syirik yang bertentangan dengan tauhid. Bentuk syirik di sini adalah dengan beribadah kepada mayit.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Bentuk berlebihan terhadap kubur para nabi adalah menjadikan kubur tersebut sebagai watsan, sesembahan selain Allah.
2- Bentuk berlebihan terhadap kubur orang sholih adalah menjadikan kubur tersebut sebagai tempat ibadah dan ini salah satu sarana yang mengantarkan pada kesyirikan.
3- Allah disifati dengan ghodob, yaitu sifat marah yang sesuai dengan keagungan-Nya.
Semoga Allah mengokohkan keimanan dan tauhid kita, juga menjauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan.

Referensi:
Kitab Tauhid, Muhammad bin Sulaiman At Tamimi, tahqiq: Syaikh ‘Abdul Qodir Al Arnauth, terbitan Darus Salam.
Al Mulakhosh fii Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, 1422 H.

Diselesaikan di malam hari @ Maktab Jaliyat Batha’, Riyadh-KSA, 29 Muharram 1434 H

0 komentar: