Izinkan Aku Menyempurnakan Separuh Agamaku!

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [QS. Ar-Ruum : 21]

“Wahai ayah, ibu yang aku cintai…Saat jodoh itu berada dihadapanku, saat datang pasangan hidupku, saat dia datang untuk menyempurnakan imanku,, aku memohon jangan tunda untuk menuju mahligai yang dirahmati Allah swt dengan bingkai kasih sayang darimu wahai ayah, ibu aku takut jika ini terlalu lama, aku takut ini akan menjadi suatu kemasan dosa demi dosa yang berlindung dalam kata ta’aruf yang sebenarnya. Ayah Ibu yang aku sayangi bantu aku dengan mendoa’kan agar anakmu dapat merajut cinta dalam rahmat Allah ini, membingkai syurga didalamnya dan melahirkan keturunan-keturunan yang sholeh/sholehah.”
Adalah sebuah fitrah bagi orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang baik, berbahagia, mendapatkan jodoh yang baik, mapan serta sholeh/sholehah.

Bagi para orang tua manapun baik mulai zaman kuno hingga modern seperti sekarang ini, mau di pedesaan atau di kota sekalipun pasti menginginkan putra-putrinya hidup berbahagia dan memiliki nasib yang lebih baik dari dirinya. Karena bagi mereka anak merupakan asset yang sangat mahal dibandingkan dengan perhiasan sekalipun. Saat kecil orang tua selalu memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya, memberikan gizi yang terbaik dan menyekolahkan di sekolah yang terbaik, memberikan les music, les matematika dan lainnya agar menunjang keberhasilan anaknya dalam berprestasi, setelah dewasa perhatian orang tua tak pernah berkurang sedikitpun, keinginan anaknya selalu berusaha untuk dipenuhinya.

Hingga tiba saatnya seorang anak cukup usia untuk membentuk keluarga baru dan kehidupan baru bersama keluarga barunya, orang tua ikut andil didalamnya, yaitu mencarikan pasangan yang terbaik untuk anak-anaknya. Menggelar pesta pernikahan yang mewah untuk anak-anaknya. Itulah kecintaan orang tua yang tiada terbatas, kepada kita semua.

Namun terkadang orang tua menunda pernikahan putra-putrinya untuk menunggu waktu yang tepat dalam hal ini karena kondisi keuangan belum mencukupi untuk mengadakan pesta pernikahan dan lain sebagainya, pada dasarnya orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk putra putrinya, mengingkan putra-putrinya menikah dengan pesta pernikahan yang megah, tak jarang orang tua yang rela berkorban hingga menjual perhiasan, rumah bahkan pinjam kesana kesini untuk menikahkan putra-putrinya, namun apakah ini sungguh yang diajarkan oleh Rasulullah saw??

Kemudian, dengan bingkai kasih sayang orang tua kepada anaknya, pernikahan itu ditunda hingga keduanya siap secara lahir dan bathin, namun ayah dan ibu sesungguhnya ketakutan yang terbesar berada didalamnya yaitu secara sadar ataupun tidak masa ta’aruf itu berubah menjadi hubungan yang banyak dilakukan pada anak muda sekarang ini yaitu “berpacaran”.

Jika sudah demikian, maka mana jalan yang terbaik yang harus diambil?

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اْلبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَاِنَّهُ اَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَ اَحْصَنُ لِلْفَرْجِ. وَ مَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَاِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. الجماعة

Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang syahwat”. [HR. Jamaah]

Orang tua dalam hal ini seyogyanya mendukung keinginan putra-putrinya dalam melaksanakan niat baik putra-putrinya, untuk menghindari dari perbuatan zina, pernikahan itu adalah jalan yang mulia, tidaklah salah jika para orang tua menginginkan sebuah pesta untuk putra-putrinya namun jika itu dirasa menjadi beban hingga harus meminjam kesana kesini demi pesta tersebut, maka bukankah ini akan menjadi beban yang lebih besar sesudah pernikahan itu berlangsung.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: بِئْسَ الطَّعَامُ طَعَامُ الْوَلِيْمَةِ يُدْعَى اِلَيْهِ اْلاَغْنِيَاءُ وَ يُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ. مسلم

Dari Abu Hurairah, bahwasanya ia berkata, “Seburuk-buruk makanan, ialah makanan walimah yang diundang padanya orang-orang kaya sedang orang-orang faqir ditinggalkan”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1054]
وَ اتِ ذَا اْلقُرْبى حَقَّه وَ اْلمَسكِيْنَ وَ ابْنَ السَّبِيْلِ وَ لاَ تُبَذّرْ تَبْذِيْرًا. اِنَّ اْلمُبَذّرِيْنَ كَانُوْآ اِخْوَانَ الشَّيطِيْنِ، وَ كَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبّه كَفُوْرًا. الاسراء

Dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haqnya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) dengan boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaithan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. [QS. Al-Israa' : 26-27]

Untuk kita seorang anak, tidaklah pula lantas menyalahkan orangtua ataupun mengacuhkan orang tua kita, menikah secara diam-diam pun tidak lantas menjadi sebuah solusi yang baik, karena ridha Allah ada pada ridho orangtua, musyawarahkan segala sesuatunya.

Ambilah jalan sesuai syari’at insyallah kita tidak akan salah melangkah. Bekalillah diri dengan ilmu dan kuatkan hati dengan iman, semoga pernikahan yang akan terjadi adalah sebuah kunci menuju rumah indah yang abadi yaitu “syurga”. Amin Ya Rabbal Alamin
Sumber Percikiman.org

0 komentar: